JAKARTA - Menjaga hewan-hewan langka seperti Anoa, Orangutan, Gajah dan hewan-hewan lainnya membutuhkan kerjasama semua pihak, termasuk perusahaan dan masyarakat.
Terkait hal ini, PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang beroperasi di Pangkalan Kerinci, telah berkomitmen untuk melakukan perlindungan terhadap satwa, yakni Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatrensis).
Untuk meminimalisasi konflik antara hewan mamalia ini dengan warga, RAPP melakukan mitigasi konflik dengan membentuk tim Elephant Flying Squad (EFS) yang berada di estate Ukui, Kabupaten Pelalawan.
Direktur RAPP, Rudi Fajar mengatakan hal ini sejalan dengan ditunjuknya Provinsi Riau sebagai Pusat Konservasi Gajah Sumatera, berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.54/Menhut-II/2006 tentang Penetapan Provinsi Riau sebagai Pusat Konservasi Gajah Sumatera peraturan perubahannya P. 73/Menhut-II/2006.
"Saat ini, PT RAPP telah memiliki 6 ekor gajah yang dilatih oleh sembilan orang Mahout (pawang dan penjaga-red) yang terdapat pada pusat pelatihan gajah di Estate Ukui, Pelalawan. Keenam ekor gajah itu terdiri atas empat ekor gajah dewasa, yakni Adei (32), Ika (30), Mery (32) dan Mira (31) yang didatangkan dari Sebanga, Duri dan dua ekor gajah muda, yakni Raja Arman (7) dan Carmen (7), yang lahir di Flying Squad Estate Ukui," terang Rudi.
Dilanjutkan Rudi, tim Flying Squad RAPP bersama tim Flying Squad World Wildlife Fund (WWF) Riau, Balai Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Balai Konservasi Sumber Daya ALam (BKSDA) dan Yayasan TNTN rutin melakukan patroli gabungan guna memitigasi konflik gajah dan manusia di Riau. Patroli tersebut terus dievaluasi sehingga tim mengetahui keberadaan gajah-gajah.
"Patroli juga dilakukan sebanyak 3 sampai 4 kali setahun dengan sepeda motor atau dengan gajah binaan. Selain sebagai gajah patroli, gajah di Flying Squat Estate Ukui juga kadang digunakan sebagai gajah penyambut tamu jika ada tamu yang datang. Kami berharap dengan patroli ini, dapat mengajak masyarakat untuk melindungi satwa liar sehingga perburuan ilegal terhadap gajah dapat diberantas secara bersama-sama," ucap Rudi.
Rudi menambahkan, perusahaan pulp dan kertas ini juga menerapkan sistem mosaik yang mengkombinasikan antara hutan alam dan hutan tanaman industri yang berfungsi sebagai buffer zone yang disesuaikan dengan habitat gajah di areal hutan alam yang terintegrasi, sehingga gajah dapat berkembang biak berdampingan dengan perkebunan kelapa sawit yang menjadi tumpuan hidup masyarakat sekitar.**rilis