Kamis, 25 April 2024
Follow:
Home
Pemerintah Kota Seattle Terapkan Larangan Pakai Sedotan Plastik
Kamis, 05/Juli/2018 - 09:41:03 WIB
 
 
TERKAIT:
   
 
AMERIKA SERIKAT - Seattle menjadi kota besar pertama di Amerika Serikat yang melarang penggunaan sedotan plastik dan peralatan makan plastik. Hal ini menjadi sebuah 'kemenangan' bagi para pecinta lingkungan di kota tersebut.

Hanya saja hal ini diungkapkan akan sangat sulit diterapkan di tempat lain di Amerika Serikat. Meski demikian, baru beberapa resor pantai yang berani mengambil langkah tersebut. Salah satunya resor di Malibu pada bulan lalu.

Setelah menargetkan kantong plastik, kali ini para pecinta lingkungan telah menetapkan bahwa sedotan plastik juga menjadi musuh publik.

Sebenarnya politisi kota mengadopsi larangan tersebut pada 2008 lalu. Namun pemilik restoran butuh waktu bertahun-tahun untuk mencari alternatif sedotan plastik dan peralatan makan plastik.

Dengan adanya aturan baru ini, mulai 1 Juli 2018, setiap pelanggaran akan dikenakan denda sebesar US$250.

Mengutip AFP, AS sendiri masih terbilang gagal untuk menerapkan aturan tersebut. Di Hawaii misalnya, pantai sebagai penggerak sektor pariwisata yang berkembang pesat ini masih gagal untuk mengurangi penggunaan plastik.

Bukan cuma di Amerika, di Asia dan Afrika juga sudah memulai gerakan ini.
Pertempuran dengan kantong plastik sudah dilancarkan lebih dari satu dekade lalu.

Meskipun ini masih dalam tahap awal, namun setidaknya ada dorongan global untuk melarang penggunaan sedotan. Hal ini mulai disoroti setelah menganalisis dampak abadi pada mahluk-mahluk laut yang sering menelan plastik yang dibuang ke laut.

Beberapa waktu lalu video kura-kura yang terlihat kesakitan dan berdarah setelah menelan sedotan plastik yang tertancap di hidungnya. Video ini jadi viral sejak 2015 lalu.

Baru-baru ini, foto seekor kuda laut yang membawa cotton bud bergagang plastik di ekornya juga menjadi viral.

Menurut Pusat Penelitian Ilmiah Helmhotlz di Jerman, sekitar 90 persen plastik yang ditemukan di lautran dunia berasal dari 10 sungai besar. Delapan di antaranya adalah sungai di Asia dan dua lainnya di Afrika.

"Jika Anda ingin punya dampak besar dalam waktu yang pendek, maka hal terbaik yang bisa dilakukan adalah membantu negara-negara untuk mengumpulkan limbah dan mengelola limbahnya dengan tepat," kata Kara Lavender Law, profesor penelitian oseanografi di Sea Education Association.**/Sumber: CNNIndonesia

 
Berita Terbaru >>
Jokowi Tegaskan tak ada Tim Transisi untuk Pemerintahan Prabowo-Gibran
Komisi II DPR: Pemerintah Segera Selesaikan Pembayaran Lahan Tol Pekanbaru-Padang
Alek Kurniawan Resmi Sandang Gelar Doktor Ilmu Pemerintahan IPDN
Pemerintah Segera Bentuk Satgas Pemberantasan Judi Online
Bandara SSK II Pekanbaru Catat Kenaikan Penumpang Signifikan Musim Lebaran 2024
Atasi Kenaikan Debit Air, PLTA Koto Panjang Buka Spillway Gate
Serapan Hanya 20 Persen, Pj Wako Minta OPD Tingkatkan Realisasi Anggaran
Kurir Sabu 23,8 Kg Ditangkap di Medan, Pernah Dipenjara 2 Kali
Diduga Korupsi Bansos Rp 1,7 Miliar Mantan Bupati Bone Bolango Ditahan
Bersinergi dengan Pemkab Pelalawan, Bupati Zukri Terima PJS Award 2024
 


Home

Redaksi | Pedoman Media Siber | Indeks Berita
© 2012-2022 PT Media Klik Riau, All rights reserved.
Comments & suggestions please email : redaksi.klikriau@gmail.com