JAKARTA- Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polri belum melihat gejolak harga yang terjadi karena pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa hari terakhir.
Namun, Ketua Satgas Pangan Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto mewanti supaya para pengusaha tidak menimbun barang dan membuat kondisi masyarakat semakin sulit.
"Yang boleh dia menyimpan tiga kali kebutuhan, kalau harga normal. Kalau harga mulai bergejolak, ya harus dilepas itu, netralisir harga," kata Setyo di Markas Besar Polri, Jakarta Selatan pada Rabu (5/9).
Setyo menyatakan Polri akan bekerja sama dengan sejumlah kementerian terkait mencegah terjadinya penimbunan pangan. Dia juga menyarankan pemerintah sebaiknya memilah komoditas pangan yang harus impor karena bisa menggerus devisa.
"Mau tidak mau, suka tidak suka, ya harus impor, tapi impor itu harus diawasi dan dibatasi," ujar Setyo.
Setyo menyatakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguntungkan pihak pengekspor dan merugikan pengimpor. Menurutnya, pangan yang diimpor harus merupakan komoditas dengan kuantitas produksi masuk kategori kurang di dalam negeri, seperti bawang putih. Dia memastikan sampai saat ini harga pangan masih stabil.
"Belum ada, semoga tidak ada. Jangan terpancing. Iya (masih stabil)," kata Setyo.
Perwira bintang dua Polri itu mengaku belum bisa memperkirakan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat, yang berpotensi terjadi akibat pelemahan nilai tukar rupiah ini.
"Kalau secara langsung terjadi kejahatan, saya belum melihat ke sana," kata Setyo.
Rupiah kembali melemah. Pada perdagangan Rabu (5/9) siang, rupiah terjun ke level Rp14.979, melemah dibandingkan sesi pembukaan perdagangan yang sempat berada di level Rp14.925 per dolar AS.
Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level 14.927, melemah dibanding posisi kemarin yang masih berada di level Rp14.840 per dolar AS.
(CNN)