Dicopot dari Pertamina Dwi Soetjipto Pimpin SKK Migas
Senin, 03/Desember/2018 - 20:39:01 WIB
|
|
Dwi Soetjipto
|
|
JAKARTA- Presiden Joko Widodo resmi mengangkat mantan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto menjadi Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Dwi menggantikan Amien Sunaryadi yang masa jabatannya telah berakhir sejak 20 November lalu.
Di bidang minyak dan gas, Dwi Soetjipto sebenarnya bukan nama asing. Sebelum ditunjuk menjadi kepala SKK Migas, pada periode 28 November-3 Februari 2017 pria kelahiran 10 November 1955 yang jago silat tersebut merupakan Direktur Utama PT Pertamina (Persero).
Dwi saat itu dilengserkan dari posisi dirut Pertamina bersama dengan Wakil Direktur Utama Pertamina Ahmad Bambang karena kerap bersinggungan dalam pengambilan kebijakan di tubuh Pertamina.
Sebelum menduduki kursi dirut Pertamina, Dwi tercatat pernah menduduki beberapa kursi dirut BUMN, PT Semen Indonesia, PT Semen Gresik dan PT Semen Padang.
Prestasi
Selama menduduki kursi dirut BUMN tersebut, Dwi dianggap memiliki banyak prestasi. Semasa menjadi dirut PT Semen Gresik, ia dianggap sukses dalam membawa BUMN tersebut besar dan sejajar dengan BUMN sekelas Pertamina dan PLN.
Di bawah kepemimpinannya, Dwi berhasil meningkatkan kapasitas produksi Semen Gresik menjadi 26 juta ton per tahun. Peningkatan tersebut berhasil mengalahkan produksi Siam Cement yang sebesar 23 juta ton yang selama ini terbesar di Asia Tenggara.
Di Semen Indonesia, Dwi dianggap telah berhasil menyatukan Semen Padang, Semen Gresik, dan Semen Tonasa. Di bawah kepemimpinannya, Semen Indonesia juga berhasil memperluas operasi BUMN Indonesia di Asia.
Semen Indonesia berhasil membuka pabrik di Vietnam. Dwi merupakan eksekutif pertama sepanjang sejarah yang berhasil membawa BUMN Indonesia menjadi perusahaan multinasional. Semasa di Pertamina, Dwi juga memiliki prestasi cemerlang.
Ia berhasil membawa laba BUMN minyak tersebut naik tinggi. Pada 2016, perolehan laba Pertamina mencapai Rp40 triliun dan untuk pertama kalinya berhasil mengalahkan Petronas, perusahaan minyak dan gas Malaysia.
Laba diraih setelah Pertamina di bawah kepemimpinannya berhasil melakukan efisiensi. Pada 2015, total efisiensi yang berhasil dilakukan Pertamina dalam kegiatan operasional mereka berhasil mencapai US$800 juta. Efisiensi meningkat tiga kali lipat menjadi US$2,8 miliar pada 2016. (*)
CNN Indonesia