PEKANBARU - Bertuah Akshara Simphony (BAS), berkesempatan tampil pada acara Perayaan Cap Go Meh, yang dihelat Mal SKA Pekanbaru, Minggu (17/2/2019). BAS menampilkan peralatan musik dari barang-barang bekas, seperti periuk, kuali, teflon, gallon air mineral, velg mobil, kunci bekas, gallon cat dan drum plastik.
BAS, bernaung dibawah Indonesia Marching Arts Association (IMAA), adalah kumpulan beberapa orang insan marching band, yaitu para remaja yang duduk disekolah lanjutan dan perguruan tinggi di Pekanbaru, Riau, asuhan Rahma Dul Wahid (Amek) yang sekaligus selaku Chief Operation Officer IMAA.
"Dalam perjalanan kehidupan para remaja, mungkin seringkali penuh dengan riak-riak keluhan dan ungkapan energi ketidak mampuan, memanisfestasikan suatu keputusasaan. Sehingga, tidak jarang menjadikan gelap sebagai sebuah pilihan. Bagi BAS hal ini bukan keluhan dan keputusasaan, tetapi merupakan proses penerimaan terhadap sebuah dinamika. Yang pada akhirnya, membuat para remaja mampu menemukan dirinya sendiri untuk berkreasi. Para remaja memiliki tugas mulia sebagai pembangun peradaban, memiliki spirit yang agung, budaya, potensi dan daya cipta," kata Stede Jalingga selaku Chief Executive Office IMAA.
Menurut Rahma Dul Wahid, BAS menggunakan barang-barang bekas sebagai alat musik untuk menyalurkan kreatifitas dibidang seni. Mendukung gerakan Go Green, mengumpulkan limbah plastik pada car free day yang kemudian dikonversi menjadi uang untuk menunjang kebutuhan properti kreatifitas. Inilah yang sedang dilakukan oleh BAS, langkah kecil dan permulaan. Tapi meyakini, bahwa langkah kecil ini akan menjadi sebuah perjalanan besar.
"Tidak ada jalan pintas dan instan. Yakini bahwa pasti selalu ada sebuah bintang yang lebih terang. Didalam situasi apapun, pasti ada suatu 'jawaban yang benar' dan suatu 'cara terbaik' untuk melakukan sesuatu dengan benar," imbuh IF Setya Putra selaku Chief Governing Borad IMAA.
Sementara Fachri Yasin selaku Chief Supervisory Board IMAA mengatakan, kreatifitas ini memiliki potensi untuk disosialisasikan ke sekolah-sekolah, yaitu menciptakan alat musik dan seni berbiaya sangat murah dengan memanfaatkan barang-barang bekas yang berada disekitar kita.
"Banyak peluang dan rahasia yang terbentang di dunia ini, tinggal masalah mau atau tidak untuk menemukan dan memanfaatkan peluang-peluang dan rahasia-rahasia yang tersembunyi tersebut," kata Fachri Yasin.***/ril.