NATUNA - Wacana hibah Kapal Ikan Asing (KIA) hasil tangkapan pemerintah untuk nelayan Natuna agar dimanfaatkan kembali, ditolak oleh para nelayan Lubuk Lumbang, Kelurhan Bandarsyah, Bunguran Timur, Natuna, Kepulauan Riau.
Menurut Herman, Ketua Nelayan Lubuk Lumbang, jika program penyerahan kapal rampasan itu direalisasikan, mereka dengan tegas menolak, dengan alasan tiga faktor yang menjadi pertimbangan para nelayan diantaranya adalah terkait harga diri bangsa.
"Untuk kedaulatan NKRI apapun kami lakukan supaya dapat perhatian semua pihak atas nasib kami di perbatasan, namun wacana hibah kapal itu juga kami nilai akan mengancam kami nantinya," kata dia.
Yang pertama, lanjut dia, dilansir dari Antara, pemanfaatan kapal asing hasil tangkapan itu nanti akan bersinggungan dengan para nelayan asing asal kapal tersebut berada jika hal itu direalisasikan.
"Logika berpikir begini, kapal milik anda diambil orang, lalu dioperasikan pula di depan anda, apa perasaan anda?" kata Herman.
Yang kedua, operasional KIA tidak murah, nelayan Natuna akan sulit mengoperasikannya. Menurut dia, seandaipun ada pihak yang membiayai operasional kapal tersebut maka status nelayan Natuna tidak lagi menjadi nelayan yang sebenarnya.
"Nelayan Natuna tipikalnya bukan buruh, bukan buruh nelayan, bukan pekerja atau anak buah kapal, kami murni nelayan, jika ingin kapal tangkapan tetap ingin dimanfaatkan silahkan nelayan dari luar daerah," jelasnya.
Yang ketiga dijelaskannya, KIA itu telah di rancang untuk mencuri ikan, kapal tersebut juga tidak ramah lingkungan. Seandainya dialih alat tangkapnya ramah lingkungan maka ada dua pilihan yaitu untuk mancing atau alat tangkap jaring.
"Jika itu alat tangkapmya, kenapa harus kami memilih jenis kapal begitu, kapal kami lebih tepat sesuai kebutuhan dan cocok untuk menggunakan alat pancing," kata dia.
Ia juga mengingatkan hal ini perlu mereka sampaikan agar sebagian pihak tidak gagal paham menilai kondisi dan karakter nelayan setempat.
"Kami nelayan Natuna sifatnya berkelanjutan, ibarat hutan, kami tebang pilih dan kami bisa atur ikan apa dan dengan ukuran berapa kami mau ambil, dan kami sudah cukup nyaman dengan cara kami, hanya butuh pengamanan di laut," tegasnya lagi.
Karena itu, mereka berharap pemerintah untuk meninjau kembali wacana tersebut, agar dalam menyusun program tidak menimbulkan masalah baru bagi mereka.
"Penenggelaman itu kami anggap efektif, tinggal teknisnya saja perlu dicarikan cara terbaik agar tidak mencemarkan laut, jadikan kapal itu sebagai rumpon kami nilai sudah bagus," kata Herman.
Jika hal itu dipaksakan, mereka juga terima dengan catatan datangkan nelayan luar Natuna untuk mengoperasikan kapal-kapal hasil tangkapan tersebut di laut Natuna agar laut tidak sepi akan armada nelayan Indonesia.***