RUPAT UTARA - Gubri Arsyadjuliandi Rachman berkesempatan menyaksikan tari zapin api di Rupat Utara, Bengkalis, Jumat (15/7/2016) malam.
Tarian zapin api adalah khas Rupat Utara dan saat ini sudah jarang ditampilkan. Tari zapin api hanya bisa dibawakan oleh masyarakat Rupat.
"Bagus penampilan tadi, meskipun penarinya tidak lengkap tapi penampilannya sudah bagus," kata Gubri.
Tari zapin api ini sudah 40 tahun tidak pernah di mainkan oleh masyarakat Rupat, 3 tahun terakhir kembali ditampilkan masyarakat atas dorongan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bengkalis.
"Ini harus diwariskan agar tari tradisional ini tidak hilang begitu saja," ujar Gubri.
Tari Zapin Api ini hanya diperagakan pada hari-hari besar atau acara keadatan. Menariknya, para penari sama sekali tidak merasa panas. Mereka justru terlihat begitu menikmati tarian dan seolah sedang bermain ditengah api yang semakin membara.
Tarian Zapin Api juga sarat akan nuansa mistik. Karena itu, sebelum atraksi dimulai, para penari yang terdiri dari lima orang bertelanjang dada ini mengintari dupa kemenyan yang dibakar. Di tengah lapangan sudah disiapkan sabut kelapa yang dibakar untuk pertunjukan.
Pertunjukan dipimpin seorang khalifah. Sang khalifah kemudian membacakan doa-doa. Semua pengunjung diinstruksikan agar tidak menyalakan api dalam bentuk apapun.
Diiringi oleh musik yang berasal dari petikan dawai gambus, gendang, dan marwas seolah menjadi mantra pemanggil arwah. Suasana semakin mencengkam ketika sang khalifah mengeraskan hafalan doa-doa.
Sementara itu lima orang yang sudah bersiap dihadapan dupa kemudian mengitari piring kemenyan, dan mengambil posisi bersila. Kelimanya melakukan gerak layaknya orang tengah membasuh tubuh. Kedua tangannya meraih asap kemenyan dan menyapunya ke seluruh tubuh. Seolah ingin menelan asap kemenyan, kelima orang ini mendekatkan wajah mereka mendekati piring berisi dupa tersebut.
Di tengah lapangan, api sudah mulai menyeruak dari sabut kelapa kering yang dibakar. Tanpa komando, salah satu dari lima orang tersebut kemudian berdiri dan bergerak perlahan mengikuti alunan gendang. Pada tahap ini mereka sudah terlihat kerasukan dan kemudian penari mendekati kobaran api, mengambil sabut kelapa yang terbakar dengan kedua tangannya dan melemparkannya ke udara.
Bunga api bertebaran kemana-mana dan akan sangat menyakitkan jika terkena kulit. Namun tidak demikian dengan penari, me3reka layaknya tengah mengambil air di sungai disiramkan ke tubuhnya untuk mandi. Tanpa kepanasan, atau luka sedikitpun.
Tidak lama berselang penari yang sudah bercengkrama dengan api ini kemudian memanggil empat temannya yang lain. Salah satu dari mereka kemudian melebur ke dalam api layaknya melebur ke dalam sungai. Masih tanpa sakit atau terluka kepanasan sedikitpun.**/def