JAKARTA- Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad mengaku sudah didekati oleh setidaknya dua partai politik (parpol) menengah terkait pencalonan sebagai Wakil Presiden pada Pemilu 2019.
Hal itu dikatakannya saat ditanya soal kesiapannya untuk maju sebagai cawapres, saat ditemui di Yogyakarta, Minggu (15/4) malam.
"Kalau saya bilang tidak ada [komunikasi] berarti saya dusta. Kan tidak boleh mantan pimpinan KPK dusta, harus jujur. Maka saya harus katakan ada partai-partai menengah, dua atau lebih, [yang berkomunikasi]," ucap dia, dikutip dari Antara.
Abraham mengaku tidak ingin terlena dengan pendekatan yang dilakukan parpol karena ia sadar dirinya bukan kader sekaligus tak memiliki modal.
"Saya bukan orang yang punya kapital luar biasa yang bisa turun bertarung. Saya paham betul posisi saya," aku dia.
Namun, lanjutnya, ikhtiar politik harus tetap dilakukan untuk mempersiapkan diri.
"Apapun amanah itu, termasuk amanah untuk menjadi cawapres, capres, jadi ketua KPK kembali, maupun jadi wartawan," kata Abraham.
"Saya siap kapan saja ketika amanah itu datang. Kalau anda tanya [kesiapan], 100 persen saya siap," imbuh dia.
Kendati demikian, Abraham belum bisa memutuskan kepada capres mana ia menyatakan kesiapannya sebagai cawapres. "Kalau anda menyebutkan nama maka saya harus salat istikharah dulu apakah saya ke A atau ke B," kata dia.
Sebelumnya, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto pernah mengungkapkan ada enam pertemuan antara pihaknya dengan Abraham, sebelum Mei 2014. Hal itu diungkapkannya setelah KPK menetapkan Budi Gunawan sebagai tersangka kasus penerimaan gratifikasi, 2015.
Menurut Hasto, pertemuan itu terkait keinginan Abraham untuk menjadi calon wakil presiden Joko Widodo pada Pilpres 2014. Sebagai imbalannya, Abraham disebut menjanjikan keringanan hukuman untuk kader PDIP Emir Moeis. Namun, tudingan itu sudah dibantah Abraham.
Abraham kemudian dilaporkan ke kepolisian dan ditetapkan sebagai tersangka. Jokowi kemudian memutuskan pengesampingan perkara (seponering) atas kasus itu.(cnn)