Hoaks Pilpres Dibuat untuk Pengaruhi Sikap Politik Masyarakat
Rabu, 20/Februari/2019 - 01:03:50 WIB
JAKARTA - Roby Muhammad , ahli ilmu sosial asal Universitas Indonesia mengatakan bahwa informasi hoaks yang beredar menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 dilakukan untuk memicu rasa kecemasan dan ketakutan masyarakat.
Menurut Roby, tujuan tersebut karena manusia pertama kali menyaring informasi yang masuk melalui bagian otak (amigdala) yang berfungsi menentukan persepsi emosi seperti marah, takut, cemas, dan lainnya.
Amigdala juga bekerja untuk mengambil keputusan apakah akan percaya terhadap suatu informasi atau tidak. Ketika informasi melewati amigdala, hoaks bisa diterima oleh individu tersebut.
"Hoaks ini menargetkan kecemasan, ketakutan harapan manusia. karena mudah mempengaruhi perilaku dan sikap termasuk perilaku dan sikap politik," kata Roby dalam acara bertajuk "The Science Behind Hoax" di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Senin (18/2),.
Berbeda dengan makhluk lainnya, otak manusia memiliki kompleksitas tinggi. Manusia bisa berbohong demi kepentingan di luar keberlangsungan hidup.
Kendati demikian, makhluk hidup sudah terbiasa berbohong. Kebohongan sudah terjadi sejak empat miliar tahun lalu. Bentuk kebohongan makhluk hidup bisa berupa mimikri hingga kamuflase.
Menurut Roby, seperti dikutip dari CNNIndonesia.com, informasi hoaks merupakan bentuk kebohongan yang memiliki tujuan tertentu. Hoaks terkait isu politik bertujuan untuk mengubah pandangan politik.
"Tidak heran jika hoaks-hoaks ini makin banyak muncul karena dengan alasannya pasti mempengaruhi sikap dan perilaku politik dalam pemilu nanti karena dipengaruhi harapan dan kecemasan para pemilih," ucapnya.
Menurutnya, pemblokiran terhadap informasi hoaks bukan langkah efektif. Hal itu lantaran penyebaran media sosial sudah menjamur di berbaga media sosial. Ibarat pepatah mati satu tumbuh seribu, penyebaran hoaks menjamur meski sudah dilakukan pemblokiran dengan menggunakan fitur "share".***