NAIROBI - Jumlah kematian akibat Covid-19 di Afrika melonjak saat benua itu berjuang menghadapi penyebaran lokal galur-galur yang sangat menular dari virus tersebut, demikian disampaikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis, 11 Februari 2021.
Direktur Regional WHO untuk Afrika Matshidiso Moeti mengatakan bahwa jumlah kematian akibat pandemi itu meningkat 40 persen pada Januari. Peningkatan tersebut dipicu oleh gelombang kedua penularan dan varian-varian baru yang membuat sistem kesehatan masyarakat di benua tersebut kewalahan.
"Lonjakan kematian akibat Covid-19 yang kami alami merupakan hal tragis, tetapi juga menjadi sinyal peringatan yang mengkhawatirkan bahwa sistem dan tenaga kesehatan di Afrika benar-benar kewalahan," ujar Moeti dalam sebuah pernyataan yang dirilis di Nairobi.
Dia memaparkan jumlah kematian akibat pandemi Covid-19 diperkirakan akan mencapai 100.000 pada Minggu, tepat satu tahun sejak kasus positif pertama di benua itu dikonfirmasi di Mesir.
"Pencapaian yang suram ini harus membuat semua orang kembali fokus pada pemberantasan virus itu," kata Moeti, seraya menambahkan bahwa melandaikan kurva penularan Covid-19 di Afrika akan membutuhkan waktu lebih lama di tengah rendahnya tingkat vaksinasi yang dikombinasikan dengan kemunculan varian baru.
Data dari WHO menunjukkan bahwa lebih dari 22.300 kematian akibat Covid-19 dilaporkan di Afrika dalam 28 hari terakhir. Sebagai pembanding, hampir 16.000 kasus dilaporkan dalam periode 28 hari sebelumnya.
Tingkat kematian akibat Covid-19 di Afrika naik menjadi 3,7 persen dalam 28 hari terakhir jika dibandingkan dengan 2,4 persen yang tercatat selama periode 28 hari sebelumnya. Sejauh ini, angka tersebut telah melampaui rata-rata global.
Moeti mengatakan bahwa 32 negara Afrika melaporkan kenaikan jumlah kematian akibat Covid-19 dalam 28 hari terakhir, sementara 21 negara mencatatkan tingkat kematian yang sama atau bahkan menurun. Dia menambahkan bahwa gelombang kedua penularan yang dimulai pada Oktober 2020 dan mencapai puncaknya pada Januari menjadi alasan di balik lonjakan kematian itu.
Dia menuturkan bahwa survei WHO yang melibatkan 21 negara mengindikasikan bahwa 66 persen negara melaporkan kapasitas perawatan kritis yang tidak memadai, sementara 24 persen melaporkan bahwa tenaga kesehatan mengalami kelelahan, yang memperburuk risiko kematian akibat Covid-19.
Moeti memaparkan bahwa 15 negara melaporkan bahwa produksi oksigen, yang penting untuk mencegah kematian para pasien Covid-19 yang dalam kondisi kritis, tidak mencukupi saat mereka berjuang memerangi gelombang kedua penularan penyakit itu.
Menurut Moeti, varian baru Covid-19 yang pertama kali dilaporkan di Afrika Selatan telah terdeteksi di delapan negara Afrika, seraya menyebut peluncuran vaksin yang cepat adalah kunci untuk mengendalikan tingkat penularan dan kematian.
"Vaksin yang melindungi dari semua bentuk Covid-19 adalah harapan terbesar kita, namun mencegah kemunculan kasus parah yang membuat rumah sakit kewalahan juga sangat penting," tutur Moeti.
Sumber: Tempo.co