PEKANBARU-Petani kelapa sawit di Pekanbaru, Riau saat ini telah beralih menjadi penanam holtikultura. Hal ini disebabkan petani Suryono yang sukses meraup untung Rp 15 juta per bulan dengan menjadi petani holtikultura.
''Setelah mereka melihat saya berhasil, akhirnya banyak yang mengikuti. Sedikitnya ada tiga sampai empat orang yang membabat sawit mereka, bahkan sampai pinjam alat penumbangnya ke saya,'' ujar Suryono seperti dilansir Antara, Rabu (16/11), sebagaimana dirilis merdeka.com.
Suryono mulai beralih dari kelapa sawit ke sayuran sejak 2013, karena melihat permintaan sayuran di daerah itu sangat tinggi. Pasokan sayuran di sana sangat bergantung pada suplai dari Kota Pekanbaru serta Provinsi Sumatera Barat.
Untuk itu, Suryono mulai menaman beberapa jenis sayuran antara lain kangkung, bayam, cabai, melon, semangka, kacang panjang, timun, pepaya dan jagung. Ketika menjadi petani sawit dengan lahan dua hektare, Suryono hanya mampu meraih penghasilan maksimal sekitar Rp 2 juta hingga Rp 3 juta per bulan.
Petani lain yang mulai beralih dari sawit ke sayuran. Salah satunya, Makmur. Dia mengaku tertarik fokus menanam sayuran karena ada contoh yang sudah berhasil.
Sebelumnya, ia memiliki 2,5 hektare kebun sawit namun hasil yang didapatkan tidak cukup untuk kebutuhan hidup, bahkan Makmur terpaksa sempat menjual setengah hektare tanahnya.
''Sudah mati-matian saya bertani sawit tapi hasilnya masih kurang, jadi terpaksa harus cari kerja sampingan lain. Sekarang saya matikan semua sawit saya dan tanam sayur saja,'' kata Makmur.
Beberapa tahun terakhir petani setempat mulai terbantu dengan adanya program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) dari PT Asia Pulp & Paper-Sinar Mas.
Program DMPA itu membantu petani mulai dari modal. fasilitas untuk infrastruktur pertanian, hingga bantu pemasaran hasil panen hortikultura.
''Dari DMPA saya dapat bantuan alat berat untuk bikin embung air, pembuatan infrastruktur jalan ke kebun sampai bantu memasarkan hasil panen seperti jagung dan melon ke karyawan pabrik,'' kata Suryono.
Sementara itu, Direktur Hubungan Strategis Korporat Asia Pulp & Paper (APP) Elim Sritaba , mengatakan pelaku usaha di sektor kehutanan dapat ikut mendorong keterlibatan masyarakat dalam mencegah kebakaran hutan.
Kerja sama semua pihak sangat krusial untuk mencapai komitmen pengurangan emisi melalui keterlibatan masyarakat dalam pencegahan kebakaran hutan, sekaligus pemberdayaan masyarakat desa.
''Warga desa adalah nadi dari segala upaya konservasi dan restorasi hutan. Inilah yang perlu disadari disaat kita berusaha mewujudkan perjanjian menjadi langkah konkret di ajang COP22,'' pungkas Elim. (ee)
(f: merdeka.com)