KUWAIT - Duta Besar Iran Alireza Enayati dilaporkan menjadi salah satu dari 15 diplomat pemerintah Presiden Hassan Rouhani yang diusir Kuwait atas dugaan keterlibatan dengan jaringan mata-mata dan kelompok teror.
"Kuwait memerintahkan pengusiran duta besar Iran dan 14 orang diplomat lain atas dugaan keterkaitan dengan sel mata-mata dan teror," bunyi laporan Reuters yang mengutip media lokal, Jumat (21/7).
Tak hanya itu, Kuwait pun meminta misi budaya dan militer Iran di negaranya untuk segera ditutup.
Pengusiran ini disebut sebagai langkah tidak biasa bagi kerajaan yang selama ini menghindari konflik dan berusaha menjaga hubungan baik dengan seluruh negara di kawasan Teluk Arab itu.
Sejumlah analis mengatakan pengusiran misi diplomatik ini pertama kalinya terjadi di negara yang menengahi kisruh diplomatik antara Qatar dan Arab Saudi cs itu.
Menanggapi ini, Iran mengajukan protes kepada duta besar Kuwait di Teheran. Kantor berita Iran, ISNA, mengatakan Kuwait hanya mengizinkan empat dari 19 staf kedutaannya tinggal.
Sementara 15 staf kedutaan lain termasuk sang dubes diberi waktu 45 hari untuk meninggalkan Kuwait.
Iran, menyatakan pengusiran ini dilakukan Kuwait di bawah tekanan kebijakan intervensi Saudi dan "tuduhan campur tangan Teheran yang tidak berdasar."
“Ini menandai perubahan haluan Emir Kuwait Amir Jabir al-Ahmad al-Jabir Al Sabah, yang semula berupaya menjangkau Iran dengan harapan dapat menetapkan parameter untuk berdialog strategis guna meredakan ketegangan antara negara Teluk Arab dan dan Iran,” tutur pengamat politik Negara teluk dari Baker Institute Amerika Serikat, Kristian Ulrichsen.
Sebagai musuh bebuyutan Iran di kawasan, Saudi menyambut baik langkah Kuwait tersebut. "Kerajaan Saudi sepenuhnya mendukung langkah-langkah yang diambil Kuwait untuk mengusir misi diplomatik Iran."
Kasus spionase bukan hanya kali ini menodai hubungan Iran-Kuwait. Tahun lalu, Kuwait memvonis 23 warganya yang kedapatan menjadi mata-mata bersama seorang warga Iran demi kepentingan Teheran dan kelompok Hizbullah.
Keputusan itu disusul dengan penemuan senjata api dan bahan peledak dalam sebuah razia pada 2015 lalu oleh aparat Kuwait. Meski begitu, Iran berkeras membantah terlibat dalam kasus tersebut.***/CNNIndonesia