JAKARTA- Pemerintah akan menetapkan harga batas atas dan batas bawah untuk ayam hidup dan telur di tingkat peternak, karena pasokan dinilai berlebih.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menjelaskan pemerintah perlu menetapkan harga batas atas untuk mencegah harga tak terkendali ketika suplai langka. Sedangkan penetapan harga batas bawah tujuannya agar harga ayam hidup dan telur di tingkat peternak tidak terlampau jatuh saat suplai berlebih.

"Ayam dan telur ayam yang untuk dua komoditas ini ditetapkan harga batas atas dan bawahnya karena untuk menjaga harga ini karena suplainya yang berlebih," kata Enggar di Gedung Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (28/3).

Hanya saja, pemerintah belum mengetuk palu terkait harga batas atas dan bawah kedua komoditas tersebut.

Sementara itu, Dewan Penasihat Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) FX Sudirman mengatakan pengusaha dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah bersepakat terkait harga batas atas dan bawah dua komoditas tersebut.

Untuk ayam hidup, harga yang batas bawah bawah dan atas yang disepakati adalah Rp17.500 per kilogram (kg) dan Rp19 ribu per kg dengan plus minus 10 persen.

Sementara untuk harga telur, ia menyebutkan harganya tidak beda jauh dengan ayam hidup, yakni berkisar di Rp17.500 per kg untuk batas bawah dan harga batas atasnya Rp19 ribu per kg plus minus 10 persen.

"Harga acuan kami dengan Kemendag melalui Bu Tjahya Widayanti (Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri) sudah beberapa kali rapat dan mendapatkan angka acuan harga batas bawah ayam Rp17.500 dan harga batas atas Rp19 ribu plus minus 10 persen," kata Sudirman.

Saat ini, kebutuhan daging ayam di seluruh Indonesia setiap bulannya sebanyak 260 ribu ton dengan jumlah produksi 385 ribu ton per minggunya. Sedangkan untuk kebutuhan telur per bulannya mencapai 200 ribu ton dengan jumlah produksi per bulannya sebesar 350 ribu ton.(cnn)