Senin, 29 April 2024
Follow:
Home
Dibangun Tahun 1400, Asasi Menjadi Masjid Tertua di Sumatera Barat
Jumat, 01/Juni/2018 - 18:26:20 WIB
 
 
TERKAIT:
   
 
PADANGPANJANG - Dibangun tahun 1400 M, Masjid Asasi yang terletak di Kota Padang Panjang, merupakan masjid tertua di Sumatra Barat. Masjid ini tertua kedua di Indonesia, setelah Masjid Saka Tunggal di Banyumas, Jawa Tengah, yang dibangun sekitar tahun 1200.

Sekilas bagian atapnya mengingatkan pada atap Masjid Agung Demak yang berbentuk limas tiga tingkat. Sementara bangunan utama yang berjendala dan penuh ukiran mirip dengan rumah adat Sumatra Barat, Rumah Gadang.

"Sesuai namanya, Asasi diambil dari asas yang berarti dasar atau sesuatu yang jadi tumpuan," kata guru Taman Pendidikan Al Qur'an (TPA) Masjid Asasi Datuk Pono Batuah.

Berdasarkan tulisan berjudul '10 Masjid Tertua di Indonesia' yang diterbitkan oleh Kementerian Agama, diketahui bahwa Masjid Asasi dibangun sekitar tahun 1400. Sejak awal berdiri, masjid ini merupakan pusat aktivitas Islam dari empat nagari (wilayah administratif).

Masjid Asasi dibangun atas gagasan dari empat nagari yaitu Gunung, Paninjauan, Tambangan dan Jawo di atas lahan sawah yang merupakan hibah dari masyarakat.

Selain dibangun masjid, lahan sawah juga dikelola bersama. Hasil dari sawah dibagi menjadi dua, setengah untuk pengelola sawah dan setengah untuk masjid.

"Sampai saat ini pola tersebut masih berjalan dengan luas sawah yang dikelola empat tumpak, semuanya berada di Nagari Gunung," kata Datuk Pono.

Datuk Pono menjelaskan bahwa masjid yang masuk dalam daftar Cagar Budaya ini sudah mengalami perbaikan dua kali tanpa mengubah bentuk aslinya.

Semula atap masjid berupa ijuk kemudian diganti menjadi atap seng. Dinding kayu di bagian dalam yang sudah lapuk juga ikut diganti. Terdapat pula perbaikan kecil pada ukiran, namun hanya 10 persen sehingga sisanya masih ukiran asli. Sementara itu lantai dan sembilan tiang kayu di ruang salat masih asli.

Salah satu kamar di Masjid Asasi masih menyimpan benda kuno seperti brankas peninggalan penjajah Belanda. Sayangnya tidak ada yang bisa membukanya sampai saat ini.

Di sisi masjid terdapat satu bangunan kecil menyerupai teras, yang berfungsi sebagai tempat tabuh atau beduk. Tabuh itu masih digunakan sebagai pengingat masuk waktu salat.

Datuk Pono menceritakan bahwa Masjid Asasi pernah beberapa kali dikunjungi oleh tokoh agama dari berbagai negara seperti Mesir, Maroko dan Thailand.

"Mereka selain datang untuk beribadah di masjid ini juga berbagi ilmu mengenai ajaran Islam," kata Datuk Pono.

Wisatawan banyak yang berkunjung ke masjid ini pada hari biasa sampai hari raya Islam.**/Sumber:CNNIndonesia

 
Berita Terbaru >>
Enam Terdakwa Edar 52,5 Kg Sabu dan 323.822 Pil Ekstasi Dituntut Hukuman Mati
Dua Pria Ditangkap di Rohil, Senpi Rakitan dan Sabu Diamankan
Shin Tae-yong: Garuda Muda Siap Redam Uzbekistan Demi Tiket Final dan Olimpiade
Sasar Keluarga Tidak Mampu, Telah Tersalurkan 1.015 Berkas
Irma Novrita: Urus Sendiri Adminduk, Gratis dan Bebas Pungli!
Jambore PKK 2024, Kecamatan Marpoyan Damai Raih Penghargaan Terbanyak dalam Tiga Tahun
KPU Riau Luncurkan Program Kreatif Jelang Pilkada 2024, Call Center, ESQ dan Jelajah Pemilih
Rekrutmen Badan Adhoc Pilkada 2024, Puluhan Panwascam se-Pekanbaru Jalani Evaluasi
Produser Program "Pick Me Trip in Bali" Dideportasi Imigrasi Ngurah Rai
Tak Turun ke Jalan pada May Day 2024, Buruh Riau Gelar Aksi di GOR Pekanbaru
 


Home

Redaksi | Pedoman Media Siber | Indeks Berita
© 2012-2022 PT Media Klik Riau, All rights reserved.
Comments & suggestions please email : redaksi.klikriau@gmail.com