Jumat, 04 Oktober 2024
Follow:
Home
Apakah Sape’ Alat Musik Misteri ?
Jumat, 03/Juni/2022 - 20:42:33 WIB
  Leo saat unjuk kebolehannya memainkan sape' alat musik tradisional suku dayak, Kalimantan Barat. (ist)
 
TERKAIT:
   
 
TAK SEPERTI biasanya, sarapan pagi ku kali ini tidak ditemani pacar halal ku. Pagi ini ia buru- buru pergi untuk menjalankan kegiatannya.  Di sudut restoran sebuah hotel yang mulai sepi aku duduk sambil menikati kopi dan lontong opor yang ku ambil di meja prasmanan.

Pengalaman ku selama menginap dibanyak hotel, saat “sarapan pagi”  jarang sekali ada live music di pagi hari. Kalau pun ada paling banter alunan musik yang didengar lewat youtube dan sejenisnya.

Berbeda dengan hotel yang ku datangi di Pontianak ini, meski sarapan ku telah usai, aku betah berlama- lama di resto ini.  Aku terpikat dengan suara khas alat musik yang dimaikan pria dayak ini.

Jujur aku tak mengerti sama sekali kidung apa yang dilantunkannya, tapi petikan senar alat sejenis gitar ini mampu membuat merinding bulu kuduk ku.

Aah, aku mulai penasaran, alat musik apa ini ???  untuk menjawab rasa penasaran ku buka gawai di tangan ku.

Yaaap, sape’ namanya. Sudah cukup itu saja jadi pegangan ku!! Pikiran ku mulai aneh, alat musik ini yang mistis atau aku yang terlalu baper mendengarkannya.  Tekad ku bulat,  aku harus ngobrol dengan pria ini.

Leo, tegas pria ini saat bersalaman dengan ku, seniman Sape’ yang tetap menjaga budaya daerahnya.  Aku terhipnotis oleh Sape’ yang ia mainkan.  Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, aku pun mencuri moment untuk berbincang dengannya.

 “Maaf bang bisa kita ngobrol sebentar,” kata ku pada Leo.

“Boleh banget, silahkan duduk kak,”  sembari menawarkan ku duduk di kursi yang berada diteras restoran.

Aku pun memperkenalkan diri panjang lebar padanya. Sambil berbincag  aku mengatakan pada Leo kalau aku  merinding saat dawai sape’  ia mainkan.

“ Ini sape’ alat musik khas dayak,”  katanya padaku.

Ia pun bercerita jika ketertarikannya pada sape’  berawal dari kecintaannya pada musik. Namun sayang  ia tidak begitu mahir memainkan alat musik lain selain sape’.

“Saya suka sekali musik kak, cuma pintarnya setengeh-setengah tidak semahir main sape’. Makanya saya pilih main sape’,” ujar sembari menyeruput  secangkir kopi.

 Sape’ sendiri kata Leo berasal dari suku dayak Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.  Alat musik tradisonal yang satu ini biasa dibuat dari kayu nangka dan kayu sungkai, mempunyai corak khas suku dayak. Namun kayu yang digunakan tidak menjamin mahal atau tidaknya alat musik. Karena masing- masing kayu punya kelebihan dan kekurangan.

"Kalau dari kayu nangka akan terasa berat agak susah juga wanita mengangkatnya, sedangkan sungkai lebih ringan. Biasanya bahan tak menentukan harga, tapi ketepatan dan keindahan bunyi yang dihasilkan lebih menentukan,” jelas pria berambut ikal ini.

Meski tak berasal dari Kapuas Hulu namun hobby dan kecintaan pada musik mendorongnya belajar  dan mendalami alat musik petik satu ini.  Sape’ bahkan menjadi sumber kehidupan bagi pria ramah ini, selain menjadi seniman musik ia juga pengerajin sape’.  

“Saya buat sendiri kak,  di rumah ada bengkel kerajinan sape'.  Kalau kakak ada waktu silahkan mampir ke rumah, “ ujarnya menawarkan ku untuk melihat- lihat hasil karya tangan terampilnya.  

Tak bisa dianggap remeh, sape' buatan Leo sudah menyebar ke luar negeri, seperti Jepang, Swedia, Serawak dan  Singapura.

“Kalau di dalam negeri ya sudah antar pulau, hampir di seluruh Indonesia,” katanya lagi.

Soal harga menurutnya tidak tergantung dari bahan tapi dilihat dari corak yang ada pada sape’, semakin banyak corak tentu semakin tinggi harganya.

“Kalau harga sih biasa mulai 2 juta sampai 4 juta rupiah, ya tergantung corak lah,”  ujar pria yang sudah manggung dibanyak hotel ini.

Selain menjadi pemusik dan pengerajin, berkat keahliannya Leo juga membuka les privat memainkan sape’.  

“Saya juga buka les privat, mulai dari anak- anak sampai orang dewasa. Bahkan muridnya ada yang terbang langsung dari Kalimantan Tengah ke Pontianak,”  cerita seniman yang tergabung dalam komunitas Sape’ Kalbar ini.

Berbincang dengan pria Dayak ini membuat saya lupa waktu, ia pun mengungkap harapannya kepada generasi muda. Jangan malu memainkan musik tradisional yang kita punya.

“Apalagi Sape’ tidak terlalu sulit untuk dipelajari,”  ujar Leo mengakhiri obrolan kami.

Terimakasih bang Leo, semoga  berjumpa lagi dilain waktu. Like Pontianak, selain banyak suku melayu, Sape’ Dayak itu membuat ku ingin kembali.(*)
    
Catatan Perjalanan Wina Marhaba

 Pontianak, 3 Juni 2022

 
Berita Terbaru >>
Kampanye Dialogis di KM 65, Irving-Sugianto Prioritaskan Kesejahteraan dan Solusi Lapangan Kerja
Kolaborasi Panitia Jadi Kunci Sukses Seminar Nasional Riau 2024, Robert: Semua Bisa Karena Kita!
Bus AERO Tabrak Truk di Tol Permai, 13 Penumpang Terluka
Pemkot Pekanbaru Optimis Capai Target PAD Rp845 Miliar Tahun Ini
Kolaborasi Indonesia-Jepang Perkuat Kompetensi Mahasiswa dalam Menghadapi Tantangan Pasar Kerja Global
Polres Pelalawan Tangkap Terduga Pelaku Pencabulan Anak di Bawah Umur
Aktris Era 80-an Marissa Haque Tutup Usia
Kasus Malaria di Inhil Meningkat, Pemkab Pertimbangkan Status KLB
Refleksi 79 Tahun Kemerdekaan Indonesia, Riau Dapat Apa?
Kurir Narkoba 28 Kilogram Sabu dan 14.431 Ekstasi Divonis Mati
 


Home

Redaksi | Pedoman Media Siber | Indeks Berita
© 2012-2022 PT Media Klik Riau, All rights reserved.
Comments & suggestions please email : redaksi.klikriau@gmail.com