Jumat, 26 April 2024
Follow:
Home
Pertemuan Terakhir
Prof Azyumardi Azra Jejak Prasasti Anak Bumi Segala Bangsa
Minggu, 25/September/2022 - 18:39:46 WIB
  Wina Armada Sukardi
 
TERKAIT:
   
 
(Bagian II)

Oleh : Wina Armada Sukardi, Warawan Senior

Pertemuan Terakhir
    
SAYA bertemu terakhir dengan almarhum setelah acara syukuran atas “kemenangan” Dewan Pers di Mahkamah Konstitusi (MK). Sebenarnya permohonan judicial review (JR) bukan ditujukan kepada Dewan Pers, melainkan kepada pemerintah dan DPR sebagai pihak yang membuat UU Pers No 40 Tahun 1999. Dewan Pers hanyalah Pihak Terkait. Itupun setelah bersama konstituen Dewan Pers mengajukan diri ke MK.
   
Dalam keputusannya, MK dengan suara bulat dan mutlak menegaskan pasal-pasal tentang Dewan Pers dalam UU Pers No 40 Tahun 1999, khususnya  pasal 15 ayat (2) huruf “f” dan ayat (5), sama sekali tidak bertentangan dengan UUD 1945. UU Pers dipandang MK sebagai tonggak reformasi di Indonesia. Tegasnya, tak ada norma dalam UU Pers No 40 Tahun 1999 yang bertentangan dengan norma Konstitusi dalam hal ini UUD RI Tahun 1945.
  
Ahli sejarah Islam di Indonesia ini menyebut keputusan MK ini “pro rakyat  dan menjadi land mark kemerdekaan pers Indonesia.”
  
Sebagai konsekuensi logisnya dari keputusan MK, eksistensi Dewan Pers beserta peraturan-peraturan yang dikeluarkan Dewan Pers otomatis terbukti sah dan dapat dijalankan.

Dalam perkara ini, saya ditunjuk menjadi koordinator advokat Dewan Pers. Untuk itulah kami bersyukur dan Dewan Pers melakukan acara syukuran di lantai 7 Gedung Dewan Pers. Pada syukuran itu ayah empat orang anak ini memberikan potongan tumpeng, antara lain, kepada saya mewakili advokat Dewan Pers.
   
Setelah acara tersebut selesai,  saya khusus “menghadap”  beliau di ruang kerja almarhum yang juga terletak di lantai 7 Gedung Dewan Pers. Sebuah ruangan yang sederhana.
    
Kami  ngobrol sekitar dua jaman. Sama sekali tidak ada tanda-tanda kelelahan, apalagi gejala serangan  jantung. Dosen  terbang dari berbagai universitas dalam dan luar negeri ini  masih kelihatan penuh semangat. Masih energi.
    
Dalam pertemuan itu kami banyak membahas rencana pers ke depan. Saya mencatat setidaknya ada lima gagasannya kala itu.
    
Pertama,  Pak Eddy menghendaki agar Dewan Pers tidak eksklusif tapi juga dapat merangkul semua pihak, bahkan terhadap yang bukan pers sekali pun, termasuk media sosial. Menurutnya media-media itu pun perlu diperhatikan Dewan Pers.  
   
Di matanya saat ini media sosial tak dapat dipungkiri memiliki peranan dan pengaruh yang luar biasa luas, sehingga tidak boleh dibiarkan berkembang tanpa arah. Untuk itu, kami setuju dan bersepakat bakal membuat semacam pedoman penayangan informasi di media sosial.  

Tentu saja pada awalnya pedoman ini hanya berlaku bagi yang mau mengikatkan diri saja. Kendati begitu, kelak diharapkan dapat semakin banyak yang mau mengikutinya. Kemudian akhirnya dapat menjadi “norma” standar dalam penayangan di media sosial.
     
Kedua, almarhum ingin agar pers mahasiswa memperoleh perhatian yang lebih besar dari Dewan Pers.  

Penerima penghargaan Order of Rising Sun: Gold and Silver Star, dari Kaisar Jepang ini, menghendaki tradisi pers kampus dihidupkan kembali. Dia mengingatkan, sebagian dari jumlah wartawan dan pimpinan pers sekarang ini pun berasal dari kalangan  pers mahasiswa.
  
Pak Eddy sendiri berasal dari pers mahasiswa dan kemudian sempat akif di majalah Pandji Masyarakat.
   
Ketiga, almarhum menegaskan ingin mempercepat pembentukan lembaga pertimbangan Dewan Pers sebagaimana telah diatur dalam statuta Dewan Pers sendiri. Dengan begitu, katanya,  jika ada masalah internal perilaku anggota Dewan Pers, dapat lebih dahulu ditangani lembaga ini. “Surat Keputusannya sudah kami siapkan,” katanya.
   
Saya mendukung penuh hal ini. Saya jelaskan, kebetulan, pegaturan lembaga ini di statuta Dewan Pers merupakan salah satu gagasan saya juga sewaktu dibuat.
   
Keempat, dia sudah merencanakan mengadakan “safari”
ke berbagai daerah untuk menjelaskan keputusan MK dan berbagai peraturan Dewan Pers. Penjelasan di tiap daerah bakal diberikan kepada para pejabat tinggi seperti Gubernur, Kapolda termasuk masyarakat pers, sampai kepada publik seperti guru dan sebagainya.
    
Topik  terakhir, kelima, hari itu Prof Eddy ingin agar kualitas dan integritas pers harus benar-benar dijaga. Di era seperti sekarang, menurut beliau kehadiran pers yang independen dan berkualitas sangat diperlukan untuk menunjang demokrasi.
   
Selesai minum teh, keluar ruang kerjanya, lantas kami berpisah. “Saya mau jemput istri dulu,” katanya enteng.
   
Dari dulu Pak Eddy memang terkenal sebagai “family man.” Baginya keluarga sangat penting dan memberikan ketenangan dan dukungan kepadanya. Dari sini tak perlu heran jika beliau mengerjakan urusan sehari-hari rumah tangga dengan senang hati.

Tak Pernah Berprasangka Buruk
    
Azyumardi termasuk tipikal manusia agak langka.  Sepanjang pengetahuan saya, dosen tamu di banyak perguruan tinggi dalam dan luar negeri ini,  tidak pernah berprasangka buruk kepada orang lain. Ketika membicarakan kenalannya, temannya atau kerabatnya hampir selalu beliau berucap,”dia orang baik!”
    
Semua orang pers selalu dikatakan sebagai orang baik. Sepanjang interaksi saya dengan beliau , dia tidak pernah mengucapkan kata-kata yang buruk terhadap kenalan.
   
Terhadap orang yang dalam beberapa bagian berbeda pendapat dengannya pun, Pak Eddy tetap
menghormatinya, serta tak pernah menganggapnya buruk.

“Iya dia sebenarnya orang baik, hanya sudut pandangnya aja berbeda dengan saya,” katanya ketika disinggung nama seseorang yang berbeda pendapat dengannya.
    
Tidak ada kekesalan,  apalagi dendam, kepada orang tersebut.
Tentu, sebagai manusia ciptaan Tuhan, dia juga bukan tak pernah marah. Dalam marah sekalipun, Azyumardi tetap terkendali. Sebab musabab kemarahannya juga dapat dijelaskan dengan rasional,sehingga orang dapat menerima atau memaklumi. Setelah itu semuanya kembali harmonis.
   
Ya, Pak Azyumardi ini mirip seorang sufi yang sangat bijak dalam pemahaman semesta yang luas.

Radja Membaca
    
Sekesaksian saya, sejak mahasiswa Pak Eddy sudah gemar membaca. Kebiasaan ini dia pertahankan sampai akhir hayatnya.  Dia memiliki keistimewan dapat membaca cepat namun tetap teliti.
   
Kemampuan membaca ini tak terlepas dari pengalaman hidupnya. Dia berasal dari keluarga sederhana. Arti namanya  “Permata Hijau”. Banyak yang menduga “Azra” adalah nama ayahnya, padahal tidak demikian.
   
Azyumardi merupakan anak ketiga dari enam bersaudara, dan anak lelaki pertama dari pasangan Azikar dan Ramlah. Nah nama “Azra” rupanya singkatan dari “anak Azikar dan Ramlah.”
    
Ayahnya seorang tukang kayu, pedagang kopra dan cengkeh. Ibunya seorang guru agama. Darah guru dalam diri lulusan Universitas Colombia ini jelas turunan dari ibunya.
   
Sebagai keluarga yang sederhana, tak semua fasilitas anak-anak dapat diperoleh Azyumardi di keluarganya. Dia gemar membaca sejak dini, tetapi bacaan yang diperoleh di keluarganya sangat terbatas. Walhasil dia banyak belajar membaca dari sobekan-sobekan koran pembungkus yang ada di rumahnya.
   
Tak hanya itu, doktor filosofi dengan disertasi berjudul berjudul “The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Network of Middle Eastern and Malay-Indonesian ‘Ulama in the Seventeenth and Eighteenth Centuries,” juga belajar membaca dari tulisan-tulisan dari dan yang ada di badan bis! Jika bisnya melaju kencang, Pak Eddy harus mampu pula membaca tulisan itu dengan cepat.

Nah, kebiasaan inilah yang kemudian hari membawanya mampu membaca dengan cepat.
 
Adapun yang dibaca beliau semasa hidupnya bukan saja buku-buku akademis yang berat, tapi juga artikel-artikel populer, dan bahkan postingan orang yang dikenalnya.
 
“Saya baca dan mengikuti tulisan Bung Wina selama puasa. Bagus itu,” katanya suatu saat ketika kami ketemu setelah lebaran lalu.

Memang selama bulan puasa itu saya menulis kisah-kisah human interest di media sosial selama sekitar 29 hari. Hemat saya, ketimbang saya mewartakan atau menguraikan ayat-ayat kitab suci, yang belum tentu sepenuhnya saya kuasai juga, lebih baik menulis human interest bertendes. Kisah yang mengandung nilai-nilai  kebesaran kemanusiaan melalui hal-hal sehari-hari. Rupanya almarhum mengikuti tulisan itu.
   
Waktu tak lama setelah itu, saya menulis ada tuntutan jiwa pribadi dalam memakai sarung waktu sholat subuh, beliau pun mengikutinya pula.
  
 “Hal-hal seperti itu perlu dibukukan !” katanya memberi saran. Saya langsung menyatakan setuju dan bakal melaksanakan sarannya.
    
Dengan kemampuan membaca yang cepat Pak Eddy dapat  banyak membaca dalam waktu singkat, dan bahkan membaca sambil melakukan kegiatan kegiatan lain. Luar biasa.

Tak Pernah Menolak
   
Kendati menyandang gelar guru besar dan pernah menjadi rektor dua kali, kemudian menjabat sebagai ketua Dewan Pers, Azyumardi Azra jika diminta memberikan ceramah, pelatihan dan wawancara tidak pernah menolak. Dibayar tidak dibayar, institusi besar atau kecil, selalu dilayani dengan sabar.
   
Para wartawan dapat bercerita, nomer telepon seluler beliau boleh diketahui oleh siapa saja. Wartawan yang memintanya wawancara senantiasa dilayani dengan baik.
  
Azyumardi nampaknya menganut prinsip, jika diundang dan tak ada halangan, wajib datang, termasuk undangan ceramah, pelatih atau wawancara. Walaupun sesibuk apapun, dia tidak mau mengecewakan para pengundangnya. Dia  membagi ilmu bagian dari ibadah. Jadi, dia tak pernah pelit ilmu bahkan untuk menyebarkan ilmu almarhum bersedia mengorbankan waktu dan kepentingan pribadinya yang lain.   
   
Pak Eddy sosok teladan bukan hanya sebagai guru, namun juga sebagai sosok manusia yang berhati mulia dan bijak. (bersambung)

 
Berita Terbaru >>
Jokowi Tegaskan tak ada Tim Transisi untuk Pemerintahan Prabowo-Gibran
Komisi II DPR: Pemerintah Segera Selesaikan Pembayaran Lahan Tol Pekanbaru-Padang
Alek Kurniawan Resmi Sandang Gelar Doktor Ilmu Pemerintahan IPDN
Pemerintah Segera Bentuk Satgas Pemberantasan Judi Online
Bandara SSK II Pekanbaru Catat Kenaikan Penumpang Signifikan Musim Lebaran 2024
Atasi Kenaikan Debit Air, PLTA Koto Panjang Buka Spillway Gate
Serapan Hanya 20 Persen, Pj Wako Minta OPD Tingkatkan Realisasi Anggaran
Kurir Sabu 23,8 Kg Ditangkap di Medan, Pernah Dipenjara 2 Kali
Diduga Korupsi Bansos Rp 1,7 Miliar Mantan Bupati Bone Bolango Ditahan
Bersinergi dengan Pemkab Pelalawan, Bupati Zukri Terima PJS Award 2024
 


Home

Redaksi | Pedoman Media Siber | Indeks Berita
© 2012-2022 PT Media Klik Riau, All rights reserved.
Comments & suggestions please email : redaksi.klikriau@gmail.com